Segala puji bagi Allah yang telah
memilih jamaah haji sekalian sebagai tamu-tamuNya. Ini merupakan karunia Allah
yang sangat besar, dimana jutaan umat Islam yang ingin datang ke tanah suci
menunaikan ibadah haji tapi masih belum dapat izin dari Allah, ada saja
halangan yang datang. Adapun jamaah sekalian telah mendapatkan kemudahan dari
Allah sehingga dapat merampungkan seluruh manasik haji dari mulai umrah sampai
tawaf wada’, semoga Allah mencatatnya sebagai haji yang mabrur diampuni segala
dosa kita dan agar jamaah haji diberi perlindungan dan keselamatan dalam
perjalanan pulang ke tanah air, amin!
Zuhud Terhadap Dunia
Para ulama kita menyebutkan
tanda-tanda haji yang mabrur, diantaranya Imam Hasan Al Bashri rahimahullah
berkata: (Haji yang mabrur adalah agar ia pulang dari ibadah haji menjadi orang
yang zuhud dalam kehidupan dunia dan cinta akhirat). Allah berfirman yang
artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupa bagianmu di dunia”. (Surat
Al-Qashash: 77)
Orang yang zuhud bukan berarti orang
yang hanya beribadah di masjid dan tidak mau bekerja mencari harta untuk nafkah
anak dan isteri tapi orang yang zuhud orang yang tidak diperbudak oleh
hartanya, dunia boleh berada di tangannya tidak di hatinya, aktifitasnya dalam
kehidupan dunia tidak melalaikannya dari ingat kepada Allah, melaksanakan
shalat yang lima waktu tepat pada waktunya, tidak memutuskan silaturahmi, tetap
rajin menuntut ilmu islam lalu mengamalkan dan menda’wahkannya, tidak melupakan
tanggung jawab mendidik isteri dan anak-anak. Orang yang zuhud adalah orang
yang penghasilannya dari yang halal, bukan dari hasil renten, riba, suap,
korupsi, mencuri, judi, pungli, memeras, menipu, memakan hak orang lain. Semoga
Allah mengaruniakan kita semua rezeki yang halal, baik dan berkah serta
dijauhkan dari segala pendapatan yang haram, amin!
Lebih Baik Dari Sebelumnya Dalam
Segala Hal
Ada lagi yang mengatakan diantara tanda
haji yang mabrur adalah setelah pulang dari menunaikan ibadah haji, ia menjadi
lebih baik dari sebelumnya .
1. Dalam Hal Tauhid
Menjadi lebih baik dalam hal tauhid.
Jika ada diantara jamaah haji yang sebelum hajinya masih suka pergi ke dukun
untuk minta kekayaan, anak, jodoh, cepat naik pangkat dan lain-lain maka
setelah kita haji hendaklah kita tinggalkan hal tersebut dan
bertaubat kepada Allah karena Rasulullah bersabda yang artinya,
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu membenarkan apa yang
dikatakannya, maka ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada
Muhammad”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh
Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2006)
Barangsiapa yang sebelum ia haji,
suka menyembelih sapi atau lainnya untuk dijadikan sebagai tumbal atau sesajen
maka sekarang harus meninggalkannya dan menyembelih kurban hanya untuk Allah
karena Allah berfirman yang artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan
berkorbanlah” (Surat Al- Kautsar 2).
“Katakanlah sesungguhnya shalatku,
sesembelihanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabbul Alamin tidak ada
sekutu baginya” (Surat Al-An’aam: 162)
Barangsiapa yang sebelum ia haji,
masih mempercayai ramalan bintang maka tinggalkanlah dan bertawakallah kepada
Allah semata.
Barangsiapa yang sebelum hajinya
masih mengkeramatkan keris dan jimat-jimat, maka sekarang musnahkanlah segala
jimat yang kita miliki.
Barangsiapa yang sebelum hajinya
masih suka meruwat bumi untuk menghindarkan bencana, maka sekarang bertaubatlah
dan tinggalkan upacara syirik itu, bergantunglah kepada Allah karena yang dapat
menghindarkan bencana hanya Allah semata.
Barangsiapa yang sebelum hajinya
masih mengkeramatkan sapi yang dikeluarkan setiap tanggal sepuluh Muharram
bahkan berebut untuk memperoleh kotorannya yang dianggap dapat memberikan
berkah, maka ketahuilah itu adalah perbuatan syirik.
Barangsiapa yang sebelum hajinya
masih meyakini bahwa nasib sial akan menimpanya jika bepergian hari Selasa atau
Sabtu juga untuk menentukan waktu pernikahan harus dihitung secara cermat
karena kalau tidak pas harinya akan menimbulkan kesialan, maka itu semua adalah
syirik. Allah tidak mengampuni dosa syirik kecuali jika pelakunya bertaubat,
sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat. Allah mengharamkan surga bagi orang
yang berbuat syirik. Adapun orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan keimanan mereka dengan kesyirikan maka mereka mendapatkan keamanan dan
hidayah dari Allah Taala.
2. Dalam Hal Ibadah
Hendaklah jamaah haji memperbaiki ibadahnya
kepada Allah, shalat yang lima waktu jangan sampai ditinggalkan, zakat maal
harus dikeluarkan dan shaum di bulan Ramadhan harus dijalankan. Segala ibadah
kita laksanakan dengan penuh rasa cinta kepada Allah yang telah memberikan
kepada kita nikmat yang tidak terhingga. Kita siap korbankan harta, tenaga dan
waktu kita demi menggapai ridha Allah.
3. Dalam Hal Muamalah
Hendaklah kita perbaiki muamalah
kita dengan orang tua yang telah melahirkan dan mendidik kita sejak kecil.
Jangan sampai kita menyakiti hati mereka dan hendaklah selalu berbakti dan
memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Jika orang tua kita telah meninggal
dunia hendaklah kita selalu mendoakan untuk mereka.
Muamalah Suami Isteri
Bagi para suami hendaklah perbaiki
muamalah dengan isterinya jangan mudah marah dan membentak isterinya jika
berbuat kesalahan. Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan isteri selama tidak
bertentangan dengan syariat. Didiklah isteri dengan nasehat, membawanya ke
majelis ta’lim, membelikannya buku dan kaset ceramah yang bermanfaat. Juga
didiklah isteri dengan memberi keteladanan. Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya dan saya adalah
orang yang paling baik diantara kalian terhadap keluargaku”.
Bagi para isteri perbaikilah
muamalah dengan suami jadilah isteri yang taat. Rasulullah bersabda: “Apabila
wanita shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya
dan memelihara kemaluannya, maka ia masuk surga dari pintu-pintu mana saja yang
ia mau”.
Ketaatan kepada suami dalam hal yang
makruf saja adapun dalam hal maksiat tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
hal maksiat kepada Allah Al-Khaliq. Ketika suami baru datang dari pekerjaan
janganlah disambut dengan berbagai macam problem dan hal-hal yang tidak menyenangkan
tetapi sambutlah dengan senyum, sediakanlah makan dan minum serta biarkanlah
suami untuk istirahat dulu setelah itu barulah sampaikan segala problem yang
ada niscaya suami sudah lebih siap untuk mendengarkannya.
Muamalah Orang Tua dan Anak
Bagi para orang tua perbaikilah
dalam pendidikan terhadap anak-anak, mereka merupakan amanat yang kelak kita
akan diminta pertanggungjawabannya di hari akhir. Didiklah mereka dengan
memberikan contoh yang baik, sekolahkanlah mereka di tempat yang baik, awasilah
pergaulan mereka. Selalulah berdoa kepada Allah agar melindungi dan menjaga
mereka dari segala kejahatan dan keburukan karena doa orang tua untuk anaknya
insya Allah mustajab.
Muamalah Kaum Muslimah
Bagi kaum muslimah perbaikilah dalam
hal berbusana, tutuplah aurat anda dan jangan diperlihatkan kepada laki-laki
yang bukan mahramnya. Allah berfirman: “Hai Nabi katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin,
(Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka). Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surat Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Surat An-Nuur: 31)
Rasulullah bersabda: “Ada dua
golongan dari penduduk neraka yang belum pernah saya lihat keduanya (sebelum
ini), (pertama) suatu kaum yang memiliki cambuk bagaikan ekor sapi yang
digunakannya untuk memukul manusia dan (kedua) wanita yang berpakaian tapi
telanjang berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka
tidak masuk surga dan tidak mencium bau surga padahal bau surga itu tercium
dari jarak yang sekian dan sekian jauhnya”. (Hadits Shahih, Riwayat Muslim)
Masih banyak diantara jamaah haji
wanita yang berpakaian tapi telanjang, belum sempurna menutup auratnya, masih
ada yang terlihat lehernya, terlihat lengannya, menutup aurat dengan pakaian
yang ketat sehingga membentuk lekak lekuk tubuhnya, berpakaian dengan bahan
yang tipis dan transparan sehingga terlihat kulitnya, pada hakekatnya mereka
masih telanjang dan diancam tidak masuk surga. Hendaklah jamaah haji wanita
menjadi sadar setelah menangis dan memohon ampun kepada Allah pada saat wuquf
di Arafah, apakah kita ulangi kembali dosa-dosa kita?
Hendaklah jamaah haji wanita menjadi
teladan bagi kaum muslimah di tanah air yang sedang dilanda dekadensi akhlak
dan moral, didiklah puteri-puteri kita agar berbusana muslimah, nasehatilah
mereka agar tidak keluar rumah dengan menggunakan celana pendek, celana panjang
lebih-lebih celana yang sangat ketat dan perutnya terlihat, innaalillahi wa
innaa ilaihi rajiuun.
Hendaklah jamaah haji wanita
berdandan dan bersolek mempercantik diri, tetapi untuk siapa? Bukan untuk
orang-orang diluar rumah tapi untuk suami di rumah, kenyataan yang ada banyak
dari kaum muslimah berdandan ketika keluar rumah padahal dilarang oleh Allah
yang kita cintai, Allah berfirman: “Dan hendaklah kamu (isteri-isteri nabi)
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (Surat Al-Ahzab: 33)
Ayat ini berlaku juga untuk segenap
kaum muslimah dan mukminah.
Rasulullah bersabda bahwa seorang
wanita yang pergi keluar rumah dengan menggunakan parfum sehingga tercium oleh
laki-laki lain, maka sesungguhnya ia itu pelacur. Setiap hari kita berdoa
memohon hidayah kepada Allah, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk
mempelajari jalan-jalan hidayah berupa ilmu yang bermanfaat karena masih banyak
diantara jalan-jalan hidayah yang belum kita ketahui dibandingkan yang sudah
kita ketahui. Jangan kita menganggap ini adalah hal yang baru kita dengar, kami
sudah terbiasa dengan adat kami dan dalih-dalih lainnya yang tidak bisa
diterima oleh syariat. Allah berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka:
lkutilah apa yang telah diturunkan Allah mereka menjawab: Tidak, tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.
(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Surat Al-Baqarah: 170)
Dan firmanNya: “Dan tidaklah boleh
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (Surat
Al-Ahzab: 36)
Muamalah Secara Umum
Hendaklah kita semua memperbaiki
diri dalam hal tanggung jawab kita memperbaiki masyarakat. Bentengi aqidah umat
dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dengan saling nasehat menasehati untuk
menepati kebenaran dan nasehat menasehati untuk menetapi kesabaran, dengan
saling bekerjasama dalam hal kebaikan dan taqwa. Tidak sedikit umat Islam di
Indonesia murtad dari agamanya disebabkan kelengahan dan kelalaian kita. Benar
sebab mereka murtad adalah karena lemah iman ditambah lagi dengan lemah
ekonomi, tapi apakah boleh kita diam dan berpangku tangan? Tidak, kita harus
berbuat sesuai dengan kemampuan kita. Apabila kita tidak bisa mendidik mereka
karena keterbatasan ilmu kita, ajaklah mereka untuk menghadiri majelis-majelis
ilmu, bagikan buletin dan buku-buku Islam, pinjamkan kaset-kaset ceramah yang
bermanfaat. Jika mereka malas bekerja berilah motivasi, jika mereka nganggur
carikanlah pekerjaan untuk mereka, jika puteri-puteri kita sudah dewasa
carikanlah untuk mereka suami yang baik keislamannya jangan kita biarkan mereka
menikah dengan laki-laki kafir.
Apabila anda sebagai pejabat
janganlah anda menghalangi dan mempersulit orang-orang yang ikhlas mengajak
manusia untuk mentauhidkan Allah dan tidak berbuat syirik, untuk mengikuti
sunnah Nabi dan tidak berbuat bid’ah.
Bagi orang tua yang mempunyai anak
puteri memakai jilbab atau cadar dukunglah mereka dan banggalah terhadap anak
anda yang taat kepada Allah, semoga Allah menghiasi puteri anda dengan akhlak
yang baik pula.
Bagi jamaah haji yang memiliki
kelebihan harta dapat beramal jariyah dengan membelikan kitab-kitab yang
bermanfaat untuk ustadz-ustadz yang ada di tanah air. Dan masih banyak
amal-amal lainnya yang dapat kita lakukan dalam upaya kita memperbaiki diri dan
masyarakat.
Sumber : http://www.alquran-sunnah.com